Pada acara bincang-bincang Dr. Phil yang ditayangkan beberapa waktu lalu dibahas tentang temper tantrums pada orang dewasa. Kasus yang diangkat adalah masalah yang dialami pasangan suami istri Laurie dan Patrick yang memiliki putra bernama Stephen. Si anak masih tinggal bersama mereka walaupun usianya sudah 25 tahun. Di negara barat seperti di Amerika biasanya anak keluar dari rumah dan hidup mandiri setelah mencapai usia 18 tahun. Stephen masih tinggal bersama orang tuanya karena ia tidak memiliki pekerjaan. Yang menjadi persoalan adalah Stephen kerap mencuri, bersikap dan berkata kasar terhadap orang tuanya, mengancam untuk melukai mereka jika tidak diberikan uang untuk membeli bensin, bahkan ia pun pernah merusak rumah dan berbagai perabotan dan peralatan elektronik.
Menurut Stephen ketika ia merasa marah, ia tidak dapat mengontrol tindakannya. Ia seperti tidak sadar dan tidak memikirkan konsekuensi tindakannya. Dr. Phil mengobservasi Stephen memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dan membentuk kalimat yang logis. Ketika ditanyakan ke orang tuanya, mereka mengatakan bahwa Stephen sudah beberapa kali diusir dari rumah namun mereka membiarkan ia untuk kembali karena mereka takut terjadi hal yang buruk pada Stephen. Dr. Phil berusaha menjelaskan bahwa yang dilakukan Stephen selama ini adalah kekerasan. Stephen sendiri mengakui bahwa ia tidak menyukai dirinya sendiri ketika melakukan tindakan-tindakan tersebut.
Menurut Dr. Phil, perilaku Stephen yang mengancam jika tidak diberikan uang adalah sama saja dengan tantrum yang ditunjukkan anak kecil ketika berada di supermarket. Stephen bertingkah seperti itu karena ia tahu orang tuanya akan selalu memberikan yang ia mau.
Kasus di atas adalah contoh temper tantrums yang terjadi di rumah. Kita mungkin sering menyaksikan di sekitar kita orang dewasa yang menunjukkan temper tantrums di tempat umum. Misalnya ketika di restoran, seseorang memesan makanan namun setelah beberapa saat makanan yang dipesan tidak juga datang, orang itu lalu berteriak memaki pelayan restoran dan menuntut untuk bertemu manajer restoran tersebut. Mungkin perilaku seperti itu ditunjukkan oleh pasangan, anggota keluarga, ataupun diri kita sendiri.
Apa penyebab orang dewasa mengalami temper tantrums?
Ada beberapa penyebab mengapa orang dewasa mengalami temper tantrums. Pertama, yaitu karena ketidakdewasaan emosi (emotional immaturity) seseorang. Psikolog Erik Erikson mengungkapkan bahwa ketika seseorang tidak mencapai tantangan emosi pada satu tahap perkembangan mereka cenderung terhenti pada tahap itu. Bagian dari tumbuh dewasa adalah mengembangkan keterampilan diri dalam menghadapi kekecewaan dalam hidup. Di akhir masa remaja seharusnya seseorang sudah memiliki keterampilan tersebut. Namun bagi sebagian orang mereka belum mencapai tahap itu.
Kedua adalah ketidakamanan emosi (emotional insecurity). Ketidakamanan emosi pada orang dewasa dapat mendorong tantrum dan menyebabkan rasa frustrasi. Faktor-faktor ini ditambah dengan kekecewaan dapat memicu terjadinya ledakan emosi.
Selain itu adalah ketidakmampuan untuk memaafkan (unforgiveness). Hal ini memotivasi tantrum karena seseorang merasa menjadi korban dari ketidakadilan. Ketika suatu hal terjadi tidak sesuai harapan seseorang, dapat menyebabkan ia merasa diperlakukan tidak adil dan perasaan itu lalu berubah menjadi kemarahan.
Faktor lainnya adalah kepribadian. Tantrum yang dialami orang dewasa juga berhubungan dengan kepribadian seseorang. Salah satu dimensi dari lima faktor model kepribadian adalah neurotisisme, yang dimanifestasikan oleh kecemasan, kemurungan, kekhawatiran, rasa iri dan kecemburuan. Neurotisisme yang tinggi bisa menyebabkan seseorang cenderung mengalami ledakan emosi.
Tantrum juga bisa disebabkan oleh stres. Stres membuat tangki emosional kita berada dalam kondisi mendidih yang bisa meledak kapan pun. Faktor yang lain adalah keegoisan. Menurut Dr. Igor Galynker dari Beth Israel Medical Center Department of Psychiatry, orang yang menunjukkan temper tantrums dan melampiaskannya pada orang lain melakukan hal tersebut karena mereka bisa, mereka merasa berhak dan orang lain harus bisa mentolerir perilaku mereka. Galynker juga mengungkapkan bahwa temper tantrum yang ditunjukkan orang dewasa intinya adalah mengenai kontrol. Mungkin mereka memiliki pasangan yang membiarkan mereka berperilaku seperti itu atau orang tua yang tidak pernah menerapkan batasan.
Menurut psikolog yang juga pakar manajemen kemarahan Dr. Joe James, Md., kemarahan adalah respon protektif terhadap luka atau rasa sakit. Saat kita merasa kewalahan dan sesuatu terjadi di luar dugaan, kita menganggap hal itu sebagai ancaman. Banyak orang mungkin tidak mengakui seberapa parah kemarahan mereka. Ketika kita merasa marah, pusat emosional otak kita berpengaruh lebih besar dibanding bagian otak yang mengatur pikiran sadar kita. Sebagian ahli percaya bahwa semakin kita marah, semakin kita tidak menyadari akan amarah yang kita alami.
Menghadapi temper tantrums yang ditunjukkan orang dewasa
Ketika temper tantrums ditunjukkan oleh orang-orang yang berada di dekat kita, ada beberapa cara yang dapat kita lakukan untuk menanganinya. Yang pertama adalah dengan tidak berdiam diri. Mengabaikan sama dengan memungkinkan perilaku itu untuk terus terjadi. Dengan Anda menarik diri malah membuat mereka merasa dihakimi.
Validasi perasaan mereka, bukan perilakunya. Katakan, “Saya mengerti bahwa kamu sekarang benar-benar merasa marah.” Setelah beberapa saat jelaskan mengapa perilaku itu membuat Anda merasa terganggu. Anda dapat mengatakan “Saya menyayangimu namun sulit bagi saya untuk mendukungmu ketika berada dalam keadaan seperti itu,” atau, “Saya mengerti bahwa kamu merasa frustrasi namun berteriak dan memaki orang lain adalah hal yang tidak bisa diterima.”
Ajukan pertanyaan terbuka. Bagaimana perasaan mereka atas perilaku yang mereka tunjukkan? Apakah ia berada di bawah tekanan? Berusahalah memahami apa yang terjadi. Anda pun harus mengubah perilaku Anda. Jika mereka mengarahkan amarahnya kepada Anda, katakan dengan tegas sambil menatap mata mereka, “Saya tidak akan menerima perlakuan ini darimu.” Jika mereka marah tidak berarti Anda harus merespon dengan amarah juga, atau pergi begitu saja. Berikan mereka ruang gerak, dan lanjutkan aktivitas Anda. Ketika mereka merasa lebih tenang Anda dapat membahas apa yang terjadi.
Jika orang yang Anda sayangi menunjukkan temper tantrum saat sedang berada di tempat umum, usahakan untuk mencari tempat yang tenang untuk berbicara atau menunggu hingga Anda sudah sampai di rumah. Yang terpenting adalah Anda menahan diri dengan tidak merespon secara agresif atau keras.
Apabila Anda sendiri yang sering mengalami temper tantrums maka ada beberapa hal yang bisa Anda lakukan. Ketika Anda merasa sangat marah dan seperti ingin meledak, ambillah waktu jeda. Jika Anda berada di tempat kerja, keluarlah dari ruangan Anda untuk menghirup udara segar. Lalu mulailah menghitung dari satu hingga sepuluh. Dengan berkonsentrasi menghitung, Anda mengalihkan pikiran Anda dari situasi yang membuat Anda marah. Setelah itu bicarakanlah apa yang Anda rasakan dengan orang terdekat Anda. Dengan membicarakannya Anda akan merasa lebih ringan. Jika usaha ini belum berhasil Anda bisa bekerjasama dengan PSYCH-K Practitioner, Psikolog atau therapist untuk bekerjasama dengan baik supaya Anda bisa terbebas dari tantrum. Selamat melakukan usaha terbaik.
Menurut Stephen ketika ia merasa marah, ia tidak dapat mengontrol tindakannya. Ia seperti tidak sadar dan tidak memikirkan konsekuensi tindakannya. Dr. Phil mengobservasi Stephen memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dan membentuk kalimat yang logis. Ketika ditanyakan ke orang tuanya, mereka mengatakan bahwa Stephen sudah beberapa kali diusir dari rumah namun mereka membiarkan ia untuk kembali karena mereka takut terjadi hal yang buruk pada Stephen. Dr. Phil berusaha menjelaskan bahwa yang dilakukan Stephen selama ini adalah kekerasan. Stephen sendiri mengakui bahwa ia tidak menyukai dirinya sendiri ketika melakukan tindakan-tindakan tersebut.
Menurut Dr. Phil, perilaku Stephen yang mengancam jika tidak diberikan uang adalah sama saja dengan tantrum yang ditunjukkan anak kecil ketika berada di supermarket. Stephen bertingkah seperti itu karena ia tahu orang tuanya akan selalu memberikan yang ia mau.
Kasus di atas adalah contoh temper tantrums yang terjadi di rumah. Kita mungkin sering menyaksikan di sekitar kita orang dewasa yang menunjukkan temper tantrums di tempat umum. Misalnya ketika di restoran, seseorang memesan makanan namun setelah beberapa saat makanan yang dipesan tidak juga datang, orang itu lalu berteriak memaki pelayan restoran dan menuntut untuk bertemu manajer restoran tersebut. Mungkin perilaku seperti itu ditunjukkan oleh pasangan, anggota keluarga, ataupun diri kita sendiri.
Apa penyebab orang dewasa mengalami temper tantrums?
Ada beberapa penyebab mengapa orang dewasa mengalami temper tantrums. Pertama, yaitu karena ketidakdewasaan emosi (emotional immaturity) seseorang. Psikolog Erik Erikson mengungkapkan bahwa ketika seseorang tidak mencapai tantangan emosi pada satu tahap perkembangan mereka cenderung terhenti pada tahap itu. Bagian dari tumbuh dewasa adalah mengembangkan keterampilan diri dalam menghadapi kekecewaan dalam hidup. Di akhir masa remaja seharusnya seseorang sudah memiliki keterampilan tersebut. Namun bagi sebagian orang mereka belum mencapai tahap itu.
Kedua adalah ketidakamanan emosi (emotional insecurity). Ketidakamanan emosi pada orang dewasa dapat mendorong tantrum dan menyebabkan rasa frustrasi. Faktor-faktor ini ditambah dengan kekecewaan dapat memicu terjadinya ledakan emosi.
Selain itu adalah ketidakmampuan untuk memaafkan (unforgiveness). Hal ini memotivasi tantrum karena seseorang merasa menjadi korban dari ketidakadilan. Ketika suatu hal terjadi tidak sesuai harapan seseorang, dapat menyebabkan ia merasa diperlakukan tidak adil dan perasaan itu lalu berubah menjadi kemarahan.
Faktor lainnya adalah kepribadian. Tantrum yang dialami orang dewasa juga berhubungan dengan kepribadian seseorang. Salah satu dimensi dari lima faktor model kepribadian adalah neurotisisme, yang dimanifestasikan oleh kecemasan, kemurungan, kekhawatiran, rasa iri dan kecemburuan. Neurotisisme yang tinggi bisa menyebabkan seseorang cenderung mengalami ledakan emosi.
Tantrum juga bisa disebabkan oleh stres. Stres membuat tangki emosional kita berada dalam kondisi mendidih yang bisa meledak kapan pun. Faktor yang lain adalah keegoisan. Menurut Dr. Igor Galynker dari Beth Israel Medical Center Department of Psychiatry, orang yang menunjukkan temper tantrums dan melampiaskannya pada orang lain melakukan hal tersebut karena mereka bisa, mereka merasa berhak dan orang lain harus bisa mentolerir perilaku mereka. Galynker juga mengungkapkan bahwa temper tantrum yang ditunjukkan orang dewasa intinya adalah mengenai kontrol. Mungkin mereka memiliki pasangan yang membiarkan mereka berperilaku seperti itu atau orang tua yang tidak pernah menerapkan batasan.
Menurut psikolog yang juga pakar manajemen kemarahan Dr. Joe James, Md., kemarahan adalah respon protektif terhadap luka atau rasa sakit. Saat kita merasa kewalahan dan sesuatu terjadi di luar dugaan, kita menganggap hal itu sebagai ancaman. Banyak orang mungkin tidak mengakui seberapa parah kemarahan mereka. Ketika kita merasa marah, pusat emosional otak kita berpengaruh lebih besar dibanding bagian otak yang mengatur pikiran sadar kita. Sebagian ahli percaya bahwa semakin kita marah, semakin kita tidak menyadari akan amarah yang kita alami.
Menghadapi temper tantrums yang ditunjukkan orang dewasa
Ketika temper tantrums ditunjukkan oleh orang-orang yang berada di dekat kita, ada beberapa cara yang dapat kita lakukan untuk menanganinya. Yang pertama adalah dengan tidak berdiam diri. Mengabaikan sama dengan memungkinkan perilaku itu untuk terus terjadi. Dengan Anda menarik diri malah membuat mereka merasa dihakimi.
Validasi perasaan mereka, bukan perilakunya. Katakan, “Saya mengerti bahwa kamu sekarang benar-benar merasa marah.” Setelah beberapa saat jelaskan mengapa perilaku itu membuat Anda merasa terganggu. Anda dapat mengatakan “Saya menyayangimu namun sulit bagi saya untuk mendukungmu ketika berada dalam keadaan seperti itu,” atau, “Saya mengerti bahwa kamu merasa frustrasi namun berteriak dan memaki orang lain adalah hal yang tidak bisa diterima.”
Ajukan pertanyaan terbuka. Bagaimana perasaan mereka atas perilaku yang mereka tunjukkan? Apakah ia berada di bawah tekanan? Berusahalah memahami apa yang terjadi. Anda pun harus mengubah perilaku Anda. Jika mereka mengarahkan amarahnya kepada Anda, katakan dengan tegas sambil menatap mata mereka, “Saya tidak akan menerima perlakuan ini darimu.” Jika mereka marah tidak berarti Anda harus merespon dengan amarah juga, atau pergi begitu saja. Berikan mereka ruang gerak, dan lanjutkan aktivitas Anda. Ketika mereka merasa lebih tenang Anda dapat membahas apa yang terjadi.
Jika orang yang Anda sayangi menunjukkan temper tantrum saat sedang berada di tempat umum, usahakan untuk mencari tempat yang tenang untuk berbicara atau menunggu hingga Anda sudah sampai di rumah. Yang terpenting adalah Anda menahan diri dengan tidak merespon secara agresif atau keras.
Apabila Anda sendiri yang sering mengalami temper tantrums maka ada beberapa hal yang bisa Anda lakukan. Ketika Anda merasa sangat marah dan seperti ingin meledak, ambillah waktu jeda. Jika Anda berada di tempat kerja, keluarlah dari ruangan Anda untuk menghirup udara segar. Lalu mulailah menghitung dari satu hingga sepuluh. Dengan berkonsentrasi menghitung, Anda mengalihkan pikiran Anda dari situasi yang membuat Anda marah. Setelah itu bicarakanlah apa yang Anda rasakan dengan orang terdekat Anda. Dengan membicarakannya Anda akan merasa lebih ringan. Jika usaha ini belum berhasil Anda bisa bekerjasama dengan PSYCH-K Practitioner, Psikolog atau therapist untuk bekerjasama dengan baik supaya Anda bisa terbebas dari tantrum. Selamat melakukan usaha terbaik.