Emotional Wellness For A Better Future
  • HOME
  • About
  • POSITIVE ORGANIZATION
    • HOLISTIC SERVICES
    • EVENTS
  • POSITIVE FAMILY
    • Mind >
      • PSYCH-K® >
        • Book A Private Session
      • Emotional Intelligence
    • Body >
      • Balance Auditory Vision Exercise >
        • Book Training
      • Color Therapy
      • Brain Gym®
    • Soul >
      • Family Constellation
  • PRIVATE SESSION
  • WORKSHOP
  • CLIENTS
  • BLOG
  • CONTACT

TIPS MEMBESARKAN ANAK LAKI-LAKI & ANAK PEREMPUAN SECARA POSITIF

5/27/2016

0 Comments

 
Picture
Memiliki anak-anak yang lucu, cerdas, dan menggemaskan, baik itu anak laki-laki atau anak perempuan merupakan dambaan setiap orang tua. Banyak rencana yang akan dipikirkan supaya anak-anak tumbuh sehat fisik serta emosional mereka. Tapi bagaimana ya membesarkan anak laki-laki dan anak perempuan yang benar? Simak tips berikut ini..

1. Empati
Anak perempuan memiliki banyak ragam emosi,  sedangkan anak laki-laki yang hanya memiliki tiga, yaitu marah,sedih dan gembira.  Sangat penting untuk mengajarkan anak laki untuk  memahami, mengekspresikan perasaanya dan juga memami perasaan orang lain agar  mampu membangun empati.

2. Tanggung Jawab
Anak perempuan lebih mudah diajarkan untuk  bertanggung jawab, dan orang tua harus berusaha lebih untuk mendidik anak laki-laki  agar  bertanggung jawab, misalnya dengan mengerjakan tugas di rumah.  Penelitian membuktikan anak laki-laki yang diberikan tugas pekerjaan di rumah memiliki self-esteem yang tinggi.

3. Menjaga Diri Lebih Baik
Anak perempuan lebih mampu menjaga diri dan lebih hati-hati, sedangkan orang tua harus lebih menstimulasi anak laki-laki untuk lebih hati-hati, mampu mengingat dan memperhatikan hal-hal kecil dan juga belajar mendengarkan dengan baik.

​4. Akademik
Anak perempuan lebih unggul di sekolah dibandingkan anak laki-laki. Orang tua anak laki-laki harus mampu melihat sedini mungkin keunggulan anak laki-lakinya agar ia bisa mengembangkan potensinya dengan optimal. Dan anak laki-laki lebih senang belajar dengan bergerak dibandingkan anak perempuan. Ingat anak laki-laki senang sekali untuk bergerak seolah-olah ia pesawat terbang.

5. Belajar Komunikasi 
Ajarkan anak laki-laki jika berbicara agar melakukan kontak mata. Ketika Anda berbicara dengan anak laki-laki lebih baik Anda berbicara di sebelah kanannya, karena telinga kanannya mendengar lebih baik dibandingkan telinga sebelah kiri. 


6. Teknologi
Sebaiknya anak-anak tidak menonton TV atau bermain gadget sd usia 3 tahun. Anak perempuan dan anak laki-laki harus banyak bergerak bebas, dan anak laki-laki harus lebih distimulasi untuk motorik halusnya.

7. Sosialisasi
Anak laki-laki belajar bersosialisasi dari ibunya, dan anak laki-laki yang dekat dengan ibunya akan lebih baik perkembangannya dari sisi emosi, bahasa dan tanggung jawab.

8. Instruksi Verbal
Ketika belajar berikan instruksi pada anak laki-laki tingkat SD paling lama 1-5 menit, jika lebih dari satu menit ia akan kesulitan memahaminya. Dan, biarkan ia belajar dengan melakukan eksperimen. Anak perempuan lebih mudah menerima instruksi verbal. 

9. Membangun Kerjasama
Ajarkan anak laki-laki untuk belajar dalam group agar ia bisa bekerjasama dengan baik dan mampu mengembangkan jiwa kepimpinannya. Anak perempuan lebih mudah bekerjasama.

​Disiapkan oleh: Hanny Muchtar Darta – Parenting Consultant – PSYCH-K Practitioner

0 Comments

TIPS MENANGANI PERILAKU NEGATIF ANAK

5/26/2016

0 Comments

 
Picture
1. Evaluasi Pola Asuh
Ketika orang tua berpendapat anaknya berperilaku negatif sebelum memperbaiki anak, tanyakan pada diri sendiri: ”Apa yang selama ini  dilakukan sehingga anak berperilaku negatif?” Pendekatan negatif biasanya menghasilkan perilaku negatif. Perbaiki diri kita sebagai orang tua sebelum memperbaiki anak kita.

2. Evaluasi Hubungan dengan Pasangan
Bagaimana  hubungan Anda dengan pasangan? Apakah harmonis atau bermasalah? 70% anak terkena dampak dari hubungan orangtua yang tidak sehat.

3. Ekspresikan Emosi Negatif
Beri ruang anak untuk nyaman mengekspresikan perasaan sedih, kecewa, takut, tertekan, dan sebagainya. Pahami perasaan anak tanpa memperbaiki dan mengabaikannya. Cari penyebab dengan bertanya, hindari menyalahkan dan berprasangka negatif, fokus pada solusi dan ajak anak belajar dari kesalahan.

4. Ekspresikan Kasih Sayang
Kebutuhan emosi  dasar anak harus dipenuhi, anak ingin diterima, dihargai, didengar dan diperhatikan. Apakah Anda sudah memberikannya dengan tulis terlepas dari bagaimana perilaku anak?

5. Ekspresikan Energi Positif
Keadaan perilaku negatif hanya sementara dan bagian dari perkembangan anak untuk belajar. Yakinlah anak akan berubah menjadi baik jika orang tua berubah, fokus pada hal positif, hal baik yang sudah anak lakukan.  

Disiapkan oleh: Hanny Muchtar Darta – Parenting Consultant – PSYCH-K Practitioner ​
0 Comments

TIPS MENGHADAPI PUBERTAS ANAK SECARA BIJAK

5/26/2016

0 Comments

 
Picture

1. KOMUNIKASIKAN SEJAK AWAL 
Berikan pembelajaran tentang pubertas sejak awal. Sampaikan bahwa perubahan yang terjadi dari sisi fisik, emosi dan juga kognitif. Semua perubahan adalah bagian dari proses tumbuh kembang dari anak-anak menuju remaja dan dewasa muda. Segalanya berubah yang tidak berubah adalah perasaan cinta dan kasih sayang dari orang tua kepada anak.

2. TINGKATKAN KEMAMPUAN ANDA
Kesabaran Anda sebagai orang tua harus ditingkatkan 2-3 kali lipat, karena ketika anak memasuki pubertas sepertinya anak Anda merasakan Anda menjadi orang “asing” untuknya. Kelola emosi negatif dan yakinkan diri Anda kalau keadaan ini hanya sementara dan segalanya lebih baik.

3. BERIKAN KEPERCAYAAN
Ketika Anda memberikan kepercayaan bahwa anak-anak bisa menjaga diri dengan baik, maka mereka akan merasa lebih nyaman untuk berinteraksi dengan Anda dan sampaikan bahwa Anda adalah pendukung setia anak-anak.

4. TETAP KONSISTEN DENGAN NILAI
Pastikan Anda tetap konsisten dalam nilai-nilai yang Anda ajarkan, misalnya pentingnya sebuah kejujuran, komunikasi terbuka, saling menghargai,dan  kerjasama dengan baik serta adil.  Nilai, pola asuh positif merupakan imunisasi mental untuk anak-anak. 

5. BERIKAN PILIHAN
Selalu berusaha untuk memberikan pilihan pada anak dan biarkan dia memilih, juga membuat keputusan, karena ketika dia memilih dan membuat keputusan maka dia akan belajar bertanggung jawab.


Disiapkan oleh: Hanny Muchtar Darta – Parenting Consultant – PSYCH-K Practitioner 



0 Comments

9  TIPS MENUMBUHKAN MOTIVASI PADA ANAK

9/13/2015

1 Comment

 
Picture


1.       LINGKUNGAN YANG NYAMAN
​
Pastikan anak tinggal dalam lingkungan yang nyaman, sehat, bebas dari hal yang mengganggu perkembangan anak, bebas dari ancaman, anak merasa dicinitai, diterima dan bagian dari keluarga yang saling mencintai dan saling mendukung.

2.       REFLEKSI DIRI
Dorong anak untuk melakukan refleksi diri, untuk melihat apa kelebihan dan hal yang harus diperbaiki dari dirinya.  Apa yang diinginkan dalam hidupnya dan dukungan apa yang dibutuhkan dari orang tua.

3.       BERTANYA PADA DIRI SENDIRI
Anda sebagai orang tua juga harus bertanya pada diri sendiri, apa yang membuat anak termotivasi, apa keinginannya, apa ambisinya   dan bertanyalah dengan penuh keingintahuan tanpa memberikan pendapat Anda. Walaupun Anda tidak setuju, Anda hanya mendengarkan saja .

4.       HINDARI PERASAAN BERSALAH
Bukan kesalahan Anda jika anak yang belum mempunyai motivasi diri  seperti harapan Anda. Banyak faktor penyebab, yang penting Anda tetap berusaha dalam menghadapi tantangan ini. Yakinlah dari setiap tantangan selalu ada solusi terbaik.


5.       BERTANYA DENGAN POSITIF
Fokus pada hal baik, misalnya ketika anak pulang sekolah hindari bertanya langsung, seperti bagaimana tadi ulangannya, bagaimana dengan tugas, dapat nilai berapa, dan sebagainya. Pertanyaan fokus pada, apa yang membuat anak senang di sekolah tadi. Walau pun jawaban misal, jam bermain atau jam makan siang, terimalah jawaban anak karena ia jujur. Setelah dialog terbangun Anda bisa bertanya lebih spesifik.

6.       FOKUS PADA KELEBIHAN ANAK
Ingat redefinisi kecerdasan majemuk dimana kecerdasan tidak hanya terkait nilai bagus seperti matematika dan sains saja. Tetapi juga bisa pelajaran bahasa, sosial, olah raga, kesenian, dan juga tertarik pada kebaikan lingkungan. Jika ada yang satu yang menonjol itu sudah ada hal baik yang bisa dikembangkan.

7.       BERIKAN PENGHARGAAN
Ketika anak menunjukkan kemajuan berikan penghargaan atas usahanya, misalnya ketika anak bisa menyelesaikan tugas dengan baik atau berperilaku baik,  Anda bisa memberikan pelukan hangat dan sampaikan perasaan bangga Anda atas pencapaiannya dan buatkan anak makanan kesukaannya.

8.       TETAPKAN HARAPAN
Sebagai orang tua kita mempunyai harapan sampaikan dengan jelas, fokus pada perilaku, misalnya ingin anak jujur, disiplin, kerja keras dan membina hubungan baik. Dan, sampaikan Anda adalah pendukung setianya.  Nilai sekolah penting dan hal ini merupakan hasil dari kerja keras dan disiplin.

9.       BERBAGI PENGALAMAN
Setiap saat usahakan untuk berbagi pengalaman dengan anak apa yang membuat Anda termotivasi dalam menjalankan kehidupan setiap harinya yang membuat Anda bangun penuh semangat. Dan hal apa yang membuat Anda juga merasa puas atas apa yang Anda lakukan yang membuat Anda ingin melakukannya lebih baik dan lebih banyak.

Disiapkan oleh: Hanny Muchtar Darta – Parenting Consultant – PSYCH-K Practitioner 


1 Comment

9  TIPS UNTUK MENANGANI ANAK  MOGOK SEKOLAH

9/13/2015

0 Comments

 
Picture


​
1.       RILEKS 
Semua orang tua ingin anaknya, bahagia, sehat, cerdas, kuat  dan merasa nyaman, jadi ketika Anda mengetahui anak mempunyai masalah dengan sekolah, tetaplah rileks.   Anda akan memiliki semangat jika rileks sehingga bisa berusaha  untuk mencari jalan keluar terbaik.


2.       CARI AKAR PENYEBAB 
Luangkan waktu untuk berdialog dengan anak dengan pertanyaan terbuka dan dapatkan informasi yang berkaitan dengan sisi emosi anak. Tanyakan apa yang anak sukai di sekolah dan apa yang tidak di sukai.  Tugas Anda hanya mendengarkan dengan seksama  dan hindari untuk memberikan pendapat, menilai benar/salah.

3.       BICARAKAN DENGAN  SEKOLAH 
Luangkan waktu Anda juga untuk berdialog dengan pihak sekolah untuk mencari tahu informasi langsung dari guru terkait. Sampaikan kepada anak Anda jika Anda melakukan hal ini karena guru yang mendidik anak Anda ketika dia  di sekolah.


4.       PAHAMI EMOSI 
Berikan dorongan pada anak untuk menyampaikan perasaan terdalamnya, perasaan takut misalnya. Dan, sampaikan kalau Anda pun memahami perasaannya. Anda bisa mengulang, misalnya: “Wah pastinya hal ini sangat menakutkanmu, sayang”.

5.       HINDARI MEMPERBAIKI EMOSI 
Ketika anak merasa takut, hindari untuk menyampaikan bahwa anak laki-laki tidak boleh merasa takut. Ketika Anda tidak memahaminya maka anak pun sulit untuk menyampaikan perasaannya dan sulit untuk percaya pada Anda.

6.       BRAINSTORMING
 Ajak anak untuk urun sumbang ide sebagai cara untuk mencari solusi terbaik. Usaha ini fokus pada jumlah usulan bukan pada kualitas usulan. Ketika Anda melibatkan anak pada tahap ini anak akan lebih bertanggung jawab.

7.       FOKUS PADA HAL POSITIF 
Tetap yakin bahwa anak Anda memiliki kelebihan, kekuatan dan kebaikan yang bermanfaat. Fokus pada segala kebaikan  dan masalah mogok sekolah ini hanya masalah sementara dan pasti ada jalan  keluarnya.

8.       TIGA PENYEBAB 
Biasanya anak mogok sekolah karena merasa tidak nyaman dengan keadaan dalam rumah tangga, misalnya hubungan orang tua yang tidak harmonis/perceraian,  kesulitan mengikuti pelajaran, cara belajar yang berbeda, masalah perilaku seperti  belum mampu menghadapi guru yang keras dan  menjadi korban bully.

9.       PANDUAN SOLUSI
Ketika masalah karena anak sulit mengikuti pelajaran karena anak termasuk anak spesial, hubungi ahlinya atau pindah ke sekolah yang cocok. Jika korban bully sebaiknya tetap di sekolah tersebut dan berikan anak kemampuan untuk bisa tangguh. Hubungi ahlinya untuk penanganan lebih lanjut.

Dipersiapkan oleh: Hanny Muchtar Darta – Parenting Consultant, PSYCH-K Practitioner 


0 Comments

9 TIPS KOMUNIKASI POSITIF DENGAN ANAK REMAJA

1/16/2015

0 Comments

 
Picture

  1. Relaks: ​Berusaha untuk selalu tenang menghadapi keadaan apapun karena apa pun yang terjadi bukan akhir segalanya, anak masih dalam tahap tumbuh dan kembang. Ingat, selalu ada jalan keluar yang membawa kebaikan jika kita bisa berpikir  tenang.
  2. Emosi Positif: Berusaha untuk  selalu memancarkan emosi positif dengan membayangkan hal-hal baik  dari anak, sehingga energi kita pun menjadi  positif. Hal ini membuat  anak  merasa nyaman berinteraksi dengan kita.
  3. Pahami Emosi Negatif: Ketika emosi negatif anak dipahami dengan baik, anak akan merasa nyaman karena emosi negatif merupakan bagian dari sistem tubuh, pikiran dan jiwa kita. Ingat emosi negatif memberikan ”clue” kepada alasan sebenarnya. Usahakan untuk merefleksikan kembali misal:”Sepertinya kamu merasa tidak dihargai oleh temanmu”
  4. Fokus Pada Tujuan: Berbicara langsung dan fokus pada hal yang diinginkan sehingga anak dengan mudah menerima pesan kita. Hindari menggunakan kalimat negatif atau hal yang tidak diinginkan, misalnya: Jangan lupa belajar, jangan lupa sarapan, jangan lupa telepon Bunda kalau pulang telat, dsb. Sebaiknya katakan: ingat untuk belajar, ingat untuk sarapan, dan telepon Bunda kalau telat.
  5. Hindari ”Barrier” atau ”Penghambat”: Hindari berasumsi, menyelamatkan anak dari masalah/kesulitan dan selalu ingin menyelesaikan masalah anak, selalu berusaha mengarahkan anak, serta harapan yang terlalu tinggi di luar kemampuan anak.
  6. Jadilah ”Builder” atau ”Pembangun”: Memberikan ruang pada anak untuk megambil langkah sesuai pilihannya dan belajar dari kesalahan. Mendukung  dan mengajak anak untuk bertanggung jawab atas tindakan yang telah mereka lakukan tanpa menghukum, menghargai kemajuan yang telah anak capai sekecil apa pun.
  7. Mendegarkan dengan Penuh Perhatian: Ketika kita mendengarkan, gunakan mata kita, kedua telinga, hati dan pikiran kita hanya untuk fokus mendengarkan apa yang anak ingin sampaikan. Perhatikan facial expression, body languange, tone, apakah anak terlihat stress, takut, kecewa, dsb. Usahakan untuk menjawab dengan minimal dan berusaha untuk mencernanya.
  8. Berikan Pilihan dan Konsekuensi:  Ketika anak menghadapi kesulitan ajak dia untuk memikirkan langkah alternatif dan pertimbangkan apa kelebihan dan kekurangan dari langkah alternatif tsb.
  9. Berkomunikasi dengan efektif: Sampaikan pesan diawali dengan ”saya”, ”merasa” sampaikan ”harapan” dan buat ”kesepakatan” misalnya: ”Bunda merasa kecewa karena Kakak tidak membalas sms dan telepon Bunda. Mohon lain kali untuk membalas dengan singkat, sesibuk apa pun, gimana menurut Kakak?” Dalam pendekatan ini tidak menyalahkan anak.
 
Dipersiapkan oleh: Hanny Muchtar Darta – Parenting Consultant, PSYCH-K Practitioner


0 Comments

9 TIPS MENANGANI ANAK PACARAN DENGAN POSITIF

12/21/2014

0 Comments

 
Picture

1.       PERSIAPKAN DENGAN BAIK
​
Berbagi dengan anak pengalaman pribadi Anda dan pasangan, alasan Anda menikah dengan suami, sampaikan karakter baik masing-masing pasangan dan bagaimana Anda menyikapi perbedaan, juga saling mencintai dan mendukung. Sehingga Anda menjadi role model untuk anak.

2.       ORANG TUA HARUS BERSIKAP SAMA
Kedua orang tua harus mempunyai sikap dan pandangan yang sama. Jika ada perbedaan seperti Ayah melarang anak pacaran sebaliknya Ibu mempebolehkan, maka bicarakan dengan baik dan ambil kesepakatan sehingga anak tidak bingung dan tidak berbohong;

3.       PACARAN BAGIAN DARI PERKEMBANGAN FISIK ANAK
Semua anak mengalami perasaan tertarik pada seseorang ketika mereka memasuki masa pubertas, karena sudah mulai diproduksinya hormon  androgen dan testosterone. Anak laki-laki lebih tertarik pada fisik perempuan “sex appeal”, sementara anak perempuan lebih fokus pada aspek hubungan.

4.       PACARAN BAGIAN DARI PERKEMBANGAN MENTAL ANAK: Ketika anak mulai pacaran, artinya dia mempunyai keberanian untuk belajar membangun hubungan, belajar membangun sikap percaya diri, bersikap tegas (assertive), memegang komitmen,  berkompromi, menghargai perbedaan, belajar untuk menjadi lebih baik dan saling mendukung.  Pastikan Anda memonitor dengan baik hal ini, jika tidak ada kebaikan maka Anda dapat mengajak dialog dan lakukan review.

5.       JELASKAN PERBEDAAN “FALLING IN LOVE & STANDING IN LOVE”
Ketika anak jatuh cinta yang berfungsi adalah emotional brain dan segalanya terlihat baik dan menyenangkan. Biarkan anak menikmatinya sejenak. Setelah beberapa saat anak masuk fase tenang dan bisa mulai diajak dialog tentang apa yang membuat anak jatuh cinta. Hal ini akan menjadi panduan apakah hubungan keduanya akan membawa kebaikan untuk “standing in love”?

6.       BICARAKAN “VALUE” KELUARGA
Nilai keluarga bisa dari ajaran agama yang dianut, mengajarkan anak bagaimana menghargai dirinya, mencintai dirinya dan mengontrol dirinya dengan baik sesuai dengan ajaran agama. Ketika anak memahami hal tersebut maka dia akan melakukan hal yang sama untuk mampu menghargai orang lain. Bicarakan kapan boleh melakukan seks, misalnya ketika menikah dan beritahu alasan;

7.       TERAPKAN ATURAN/KESEPAKATAN
Kalau anak sudah mulai menunjukkan ketertarikan maka orang tua harus bersikap sama dalam memberikan aturan main dan tidak berbeda pendapat. Misalnya anak boleh berpergiaan berdua atau tidak, bertemu di rumah  dan di ruang tamu, dan orang tua masing-masing sebaiknya saling mengenal sehingga bisa saling mengawasi.

8.       BICARAKAN TENTANG HARAPAN ANDA
Pacaran sebaiknya membawa pengaruh positif dan tetap bisa menjankan kehidupan secara seimbang dan tetap berjalan dengan baik, apakah itu kegiatan sekolah, belajar, dan juga mengerjakan tugas di rumah dan sebagainya.

9.       AJARKAN ANAK PERBEDAAN “HEALTHY AND ABUSIVE RELATIONSHIP”
Hubungan yang sehat adalah yang saling menghargai, mendukung, berbicara dengan baik, menerima perbedaan, saling memaafkan, dsb. Hubungan yang penuh kekerasan adalah salah satu mendominasi, merasa memiliki, banyak larangan, bicara kasar, mengancam, berkata yang menyakitkan. Ajarkan anak untuk mampu membedakan dan langsung memutuskan dengan baik jika hubungan penuh kekerasan. 


Dipersiapkan oleh: Hanny Muchtar Darta – Parenting Consultant, PSYCH-K Practitioner


0 Comments

9 TIPS MENANGANI PERCERAIAN DENGAN POSITIF

12/7/2014

1 Comment

 
Picture


1. BERSIKAP JUJUR: SAMPAIKAN  KEPUTUSAN  BERCERAI SETELAH KEPUTUSAN SUDAH FINAL DAN JUJUR.
​Gunakan bahasa sederhana, singkat dan relevan. Misalnya jika alasan perceraian karena ada pihak ke tiga sampaikan: “Ayah Bunda sudah tidak saling mencintai lagi”. Jika alasan karena masalah komunikasi yang tidak sehat bisa disampaikan: ”Ayah Bunda seringkali bertengkar mulai dari hal kecil dan hal ini sudah tidak bisa diperbaiki lagi.”

2. UTAMAKAN KEBUTUHAN ANAK
Sampaikan kepada anak, walaupun orang tua bercerai dan akan banyak perubahan, DAN SATU HAL PENTING YANG TETAP SAMA ADALAH KEDUA ORANG TUA SANGAT MENCINTAI ANAK-ANAK DAN SELALU MENGUTAMAKAN KEBUTUHAN ANAK;

3. JAGA KONSISTENSI
​
Meminimalkan dampak negatif JAGALAH RUTINITAS SEHARI-HARI SEBANYAK MUNGKIN yang sangat menyenangkan anak-anak terutama dalam masa 3-6 bulan setelah bercerai. Jika tidak bisa sampaikan dengan baik alasan kepada anak.

4. PAHAMI EMOSI NEGATIF ANAK
KETIKA ANAK TERLIHAT SEDIH, MURUNG DAN KECEWA, PAHAMI EMOSI NEGATIFNYA
tersebut. Hindari untuk memperbaiki, mengabaikan dan terlalu sensitif dan berlebihan dalam menghadapi perasaan anak;

5. HINDARI ANAK SEBAGAI ALAT KOMUNIKASI
Ayah Bunda sebaiknya langsung berkomunikasi dan HINDARI MENJADIKAN ANAK-ANAK SEBAGAI ALAT PENYAMPAI PESAN karena hal ini berdampak buruk pada anak. Anak merasakan bahwa kedua orang tuanya belum baik hubungannya;

6. HINDARI UNTUK MENJELEKKAN PASANGAN
USAHAKAN UNTUK SELALU MELIHAT SISI BAIK DARI PASANGAN DAN HINDARI UNTUK MENJELEKKAN MANTAN. Hal ini hanya mentranmisikan energi negatif pada anak. Jika ada hal yang tidak baik sampaikan langsung kepada yang bersangkutan.

7. USAHAKAN BERSIKAP ADIL DAN YANG MEMBUAT NYAMAN
Jika salah satu atau kedua orang tua sudah menikah kembali dan masing-masing ada anak dari pasangan sebelumnya, hindari untuk langsung menginginkan anak untuk tinggal bersama sampai merasa nyaman. Ajak anak secara teratur untuk bertemu dengan pihak keluarga misalnya nenek kakeknya.  USAHAKAN UNTUK MERAYAKAN HARI KHUSUS BERSAMA, SEPERTI KETIKA ANAK BERULANG TAHUN.

8. 
BERUSAHA UNTUK MENGAMBIL HIKMAH
Mengambil pelajaran dan sisi positif dari perceraian dan BERUSAHA UNTUK MENJADI LEBIH BAIK SETIAP HARINYA SEHINGGA HUBUNGAN DENGAN MANTAN MENJADI LEBIH BAIK dan sudah pasti hal ini membawa kebaikan untuk anak.

9. PASTIKAN SELALU ADA PIHAK YANG BISA MENCINTAI ANAK SEPENUHNYA
Anak dari korban perceraian banyak yang sukses SELAMA SELALU ADA SATU PIHAK YANG BISA MENCINTAI ANAK, mengasuh anak dengan baik dan mempunyai ikatan emosional yang baik dengan anak.


Disiapkan oleh: Hanny Muchtar Darta – Parenting Consultant – PSYCH-K Practitioner 

1 Comment

ORANG DEWASAPUN DAPAT MENGALAMI TEMPER TANTRUMS  

11/14/2014

12 Comments

 
Pada acara bincang-bincang Dr. Phil yang ditayangkan beberapa waktu  lalu dibahas tentang temper tantrums pada orang dewasa. Kasus yang diangkat adalah masalah yang dialami pasangan suami istri Laurie dan Patrick yang memiliki putra bernama Stephen. Si anak masih tinggal bersama mereka walaupun usianya sudah 25 tahun. Di negara barat seperti di Amerika biasanya anak keluar dari rumah dan hidup mandiri setelah mencapai usia 18 tahun. Stephen masih tinggal bersama orang tuanya karena ia tidak memiliki pekerjaan. Yang menjadi persoalan adalah Stephen kerap mencuri, bersikap dan berkata kasar terhadap orang tuanya, mengancam untuk melukai mereka jika tidak diberikan uang untuk membeli bensin, bahkan ia pun pernah merusak rumah dan berbagai perabotan dan peralatan elektronik.

Menurut Stephen ketika ia merasa marah, ia tidak dapat mengontrol tindakannya. Ia seperti tidak sadar dan tidak memikirkan konsekuensi tindakannya. Dr. Phil mengobservasi Stephen memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dan membentuk kalimat yang logis. Ketika ditanyakan ke orang tuanya, mereka mengatakan bahwa Stephen sudah beberapa kali diusir dari rumah namun mereka membiarkan ia untuk kembali karena mereka takut terjadi hal yang buruk pada Stephen. Dr. Phil berusaha menjelaskan bahwa yang dilakukan Stephen selama ini adalah kekerasan. Stephen sendiri mengakui bahwa ia tidak menyukai dirinya sendiri ketika melakukan tindakan-tindakan tersebut.

Menurut Dr. Phil, perilaku Stephen yang mengancam jika tidak diberikan uang adalah sama saja dengan tantrum yang ditunjukkan anak kecil ketika berada di supermarket. Stephen bertingkah seperti itu karena ia tahu orang tuanya akan selalu memberikan yang ia mau.

Kasus di atas adalah contoh temper tantrums yang terjadi di rumah. Kita mungkin sering menyaksikan di sekitar kita orang dewasa yang menunjukkan temper tantrums di tempat umum. Misalnya ketika di restoran, seseorang memesan makanan namun setelah beberapa saat makanan yang dipesan tidak juga datang, orang itu lalu berteriak memaki pelayan restoran dan menuntut untuk bertemu manajer restoran tersebut. Mungkin perilaku seperti itu ditunjukkan oleh pasangan,  anggota keluarga, ataupun diri kita sendiri.

 

Apa penyebab orang dewasa mengalami temper tantrums?

Ada beberapa penyebab mengapa orang dewasa mengalami temper tantrums. Pertama, yaitu karena ketidakdewasaan emosi (emotional immaturity) seseorang. Psikolog Erik Erikson mengungkapkan bahwa ketika seseorang tidak mencapai tantangan emosi pada satu tahap perkembangan mereka cenderung terhenti pada tahap itu. Bagian dari tumbuh dewasa adalah mengembangkan keterampilan diri dalam menghadapi kekecewaan dalam hidup. Di akhir masa remaja seharusnya seseorang sudah memiliki keterampilan tersebut. Namun bagi sebagian orang mereka belum mencapai tahap itu.

Kedua adalah ketidakamanan emosi (emotional insecurity).  Ketidakamanan emosi pada orang dewasa dapat mendorong tantrum dan menyebabkan rasa frustrasi. Faktor-faktor ini ditambah dengan kekecewaan dapat memicu terjadinya ledakan emosi.

Selain itu adalah ketidakmampuan untuk memaafkan (unforgiveness). Hal ini memotivasi tantrum karena seseorang merasa menjadi korban dari ketidakadilan. Ketika suatu hal terjadi tidak sesuai harapan seseorang,  dapat menyebabkan ia merasa diperlakukan tidak adil dan perasaan itu lalu berubah menjadi kemarahan.

Faktor lainnya adalah kepribadian. Tantrum yang dialami orang dewasa juga berhubungan dengan kepribadian seseorang. Salah satu dimensi dari lima faktor model kepribadian adalah neurotisisme, yang dimanifestasikan oleh kecemasan, kemurungan, kekhawatiran, rasa iri dan kecemburuan.  Neurotisisme yang tinggi bisa menyebabkan seseorang cenderung mengalami ledakan emosi.

Tantrum juga bisa disebabkan oleh stres. Stres membuat tangki emosional kita berada dalam kondisi mendidih yang bisa meledak kapan pun. Faktor yang lain adalah keegoisan. Menurut Dr. Igor Galynker dari Beth Israel Medical Center Department of Psychiatry, orang yang menunjukkan temper tantrums dan melampiaskannya pada orang lain melakukan hal tersebut karena mereka bisa,  mereka merasa berhak dan orang lain harus bisa mentolerir perilaku mereka. Galynker juga mengungkapkan bahwa temper tantrum yang ditunjukkan orang dewasa intinya adalah mengenai kontrol. Mungkin mereka memiliki pasangan yang membiarkan mereka berperilaku seperti itu atau orang tua yang tidak pernah menerapkan batasan.  

Menurut psikolog yang juga pakar manajemen kemarahan Dr. Joe James, Md., kemarahan adalah respon protektif terhadap luka atau rasa sakit. Saat kita merasa kewalahan dan sesuatu terjadi di luar dugaan, kita menganggap hal itu sebagai ancaman. Banyak orang mungkin tidak mengakui seberapa parah kemarahan mereka. Ketika kita merasa marah, pusat emosional otak kita berpengaruh lebih besar dibanding bagian otak yang mengatur pikiran sadar kita. Sebagian ahli percaya bahwa semakin kita marah, semakin kita tidak menyadari akan amarah yang kita alami.

 

Menghadapi temper tantrums yang ditunjukkan orang dewasa

Ketika temper tantrums ditunjukkan oleh orang-orang yang berada di dekat kita, ada beberapa cara yang dapat kita lakukan untuk menanganinya. Yang pertama adalah dengan tidak berdiam diri. Mengabaikan sama dengan memungkinkan perilaku itu untuk terus terjadi. Dengan Anda menarik diri malah membuat mereka merasa dihakimi.

Validasi perasaan mereka, bukan perilakunya. Katakan, “Saya mengerti bahwa kamu sekarang benar-benar merasa marah.” Setelah beberapa saat jelaskan mengapa perilaku itu membuat Anda merasa terganggu. Anda dapat mengatakan “Saya menyayangimu namun sulit bagi saya untuk mendukungmu ketika berada dalam keadaan seperti itu,”  atau, “Saya mengerti bahwa kamu merasa frustrasi namun berteriak dan memaki orang lain adalah hal yang tidak bisa diterima.”

Ajukan pertanyaan terbuka. Bagaimana perasaan mereka atas perilaku yang mereka tunjukkan? Apakah ia berada di bawah tekanan? Berusahalah memahami apa yang terjadi. Anda pun harus mengubah perilaku Anda. Jika mereka mengarahkan amarahnya kepada Anda, katakan dengan tegas sambil menatap mata mereka, “Saya tidak akan menerima perlakuan ini darimu.”  Jika mereka marah tidak berarti Anda harus merespon dengan amarah juga, atau pergi begitu saja. Berikan mereka ruang gerak, dan lanjutkan aktivitas Anda. Ketika mereka merasa lebih tenang Anda dapat membahas apa yang terjadi.

Jika orang yang Anda sayangi menunjukkan temper tantrum saat sedang berada di tempat umum, usahakan untuk mencari tempat yang tenang untuk berbicara atau menunggu hingga Anda sudah sampai di rumah. Yang terpenting adalah Anda menahan diri dengan tidak merespon secara agresif atau keras.

Apabila Anda sendiri yang sering mengalami temper tantrums maka ada beberapa hal yang bisa Anda lakukan. Ketika Anda merasa sangat marah dan seperti ingin meledak, ambillah waktu jeda. Jika Anda berada di tempat kerja, keluarlah dari ruangan Anda untuk menghirup udara segar. Lalu mulailah menghitung dari satu hingga sepuluh. Dengan berkonsentrasi menghitung, Anda mengalihkan pikiran Anda dari situasi yang membuat Anda marah. Setelah itu bicarakanlah apa yang Anda rasakan dengan orang terdekat Anda. Dengan membicarakannya Anda akan merasa lebih ringan. Jika usaha ini belum berhasil Anda bisa bekerjasama dengan PSYCH-K Practitioner,  Psikolog atau therapist untuk bekerjasama dengan baik supaya Anda bisa terbebas  dari tantrum. Selamat melakukan usaha terbaik.


12 Comments

HARVARD: 4 KIAT PENTING MEMBUAT MASA PENSIUN MENYEHATKAN

11/14/2014

0 Comments

 
              Bagi sebagian orang, masa pensiun bagaikan imbalan atas kerja keras selama beberapa dekade. Di saat pensiun kita bisa bersantai, bereksplorasi dan melakukan kegiatan yang tidak bisa dilakukan sebelumnya selama masih bekerja. Namun bagi sebagian orang yang lainnya, masa pensiun adalah masa yang mengakibatkan frustrasi karena sejalan dengan bertambahnya usia, kesehatan pun menurun dan kita dihadapkan dengan semakin banyak keterbatasan. 

              Selama bertahun-tahun para peneliti mencari tahu dampak masa pensiun terhadap kesehatan. Salah satu penelitian yaitu yang dilakukan oleh Harvard School of Public Health tentang Kesehatan dan Pensiun di Amerika Serikat (U.S. Health and Retirement). Para peneliti disana mengamati tingkat serangan jantung dan stroke di antara pria dan wanita. Dari sebanyak 5.422 orang yang berpartisipasi dalam studi ini, mereka yang telah pensiun mempunyai resiko 40% lebih banyak mengalami stroke dibandingkan mereka yang masih bekerja. Peningkatan ini lebih jelas terlihat selama 1 tahun pertama setelah pensiun. 

              Penelitian yang terbaru yang dilakukan oleh Institute of Economic Affairs (IEA) di Inggris, menunjukkan bahwa, masa pensiun walaupun memberikan kelegaan dan kesejahteraan, namun semua itu sifatnya sementara. Dalam jangka panjang, pensiun bisa berakibat buruk bagi kesehatan, meningkatkan kemungkinan seseorang mengalami depresi dan setidaknya satu jenis penyakit fisik. Penelitian ini diberi judul “Bekerja Lebih Lama, Hidup Lebih Sehat”. Peneliti Gabriel H. Sahlgren, menganalisis data dari survei yang dilakukan di 11 negara Eropa dengan sampel sebanyak 7.000 hingga 9.000 orang berusia diantara 50 hingga 70 tahun, menggunakan dua metodologi terpisah. 

              Sahlgren membandingkan antara mereka yang berusia lanjut yang masih bekerja dan yang sudah pensiun. Hasilnya adalah: sebanyak 39% orang-orang yang sudah pensiun lebih kecil kemungkinannya untuk menilai kesehatan mereka sebagai “sangat baik”. 41% dari mereka yang sudah pensiun lebih cenderung menderita depresi, serta 63% mungkin menderita setidaknya satu jenis penyakit fisik. Penelitian ini tidak menemukan perbedaan signifikan antara wanita dan laki-laki, namun bagi wanita efek negatif terhadap kesehatan mental dan fisik sedikit lebih tinggi. Penelitian ini juga tidak menguji apakah efek kesehatan yang berbeda tergantung dari tipe pekerjaan yang pernah dilakukan, misalnya pekerjaan kasar dibandingkan dengan pekerjaan kantoran. 

              Memang ada banyak variabel di masa pensiun bagi setiap individu yang mengakibatkan adanya perbedaan efek kesehatan mental dan fisik. Masa pensiun bisa menurunkan tekanan yang berhubungan dengan pekerjaan dan juga stres, namun juga dapat membuat pensiunan merasa terpisah dari jaringan sosial yang dibentuk di tempat kerja. Mereka merasa terisolasi dan ini dapat mempengaruhi kesehatan secara negatif. Secara kontras, bagi pensiunan yang lainnya hal ini justru membuat mereka menjalin kontak sosial yang baru dan mendapatkan lebih banyak waktu luang yang bisa digunakan untuk melakukan aktivitas fisik yang menyehatkan. 

              Rekomendasi yang diberikan oleh IEA adalah adanya perubahan kebijakan agar para pekerja bisa bekerja lebih lama, yaitu dengan menambah batasan usia pensiun. Sebagai perbandingan usia pensiun di Amerika Serikat adalah 67 tahun, di Kanada 65 tahun, di Inggris 68 tahun, di Italia 60 tahun, Jepang 65 tahun, Belanda 65 tahun untuk pria dan 67 tahun untuk wanita. 

               Di Indonesia, usia pensiun adalah 56 tahun untuk pegawai negeri sipil dan untuk pegawai swasta antara 50-55 tahun. Ini dianggap terlalu muda dibandingkan dengan negara lainnya. Belum lagi dengan adanya program pensiun dini membuat kelompok lansia muda tidak produktif. Menurut pakar kependudukan, jumlah penduduk lanjut usia pada tahun 2030 diperkirakan jumlahnya akan lebih besar dari usia produktif. Data di tahun 2011 menyebutkan bahwa Indonesia menduduki ranking empat untuk jumlah lansia terbanyak di dunia setelah China, Amerika dan India, dengan jumlah lansia mencapai 10 persen dari jumlah penduduk atau sekitar 24 juta jiwa. Oleh sebab itu, ada baiknya jika batasan usia pensiun dikaji ulang karena sebenarnya usia 55 tahun dianggap masih termasuk usia produktif. Cara lainnya dengan memberdayakan lansia usia produktif.

              Bagi pekerja yang dihadapkan dengan pensiun, ada berbagai hal yang perlu disiapkan. Baik faktor finansial maupun non-finansial. Dari segi finansial tentunya tabungan maupun dana pensiun sangatlah penting. Selain itu juga Anda perlu melunasi hutang atau cicilan serta hipotek sebelum pensiun. Investasi untuk masa pensiun juga perlu diperhatikan dan dipertimbangkan dengan sangat hati-hati. 

             Dari penelitian yang dilakukan oleh Harvard, peneliti meminta para partisipan yang berusia 80 tahun ke atas untuk menjelaskan apa hal yang membuat masa pensiun menyenangkan, menyehatkan dan bermanfaat. Jawaban yang didapat, ada empat elemen penting: 
1.Jaringan sosial. Menjaga hubungan baik dengan rekan kerja maupun pertemanan di luar kerja, dan lebih baik lagi jika setelah pensiun Anda bertemu dengan orang-orang yang baru. karena  hal ini baik bagi kesehatan mental maupun fisik Anda. 
2. Tetap beraktivitas. Masa pensiun juga bisa menyebabkan stres karena berkurangnya sumber pemasukan keluarga, atau ada kemungkinan  Anda merindukan pekerjaan  yang Anda biasa lakukan dan Anda sukai. Oleh sebab itu sangatlah baik untuk  melakukan kegiatan yang Anda sukai yang mungkin belum sempat Anda lakuian. Juga kegiatan yang dapat menghasilkan pendapatan dari hobby ataupun keahlian yang Anda dapatkan selama bekerja.  Dan jika Anda pensiun dari perusahaan ternama dengan keahlian yang sudah terbukti Anda pun bisa tetap bekerja paruh waktu atau pun juga penuh pada perusahaan lainnya atau bisa juga bekerja sukarela.
3. Mengaktifkan sisi kreatif Anda membantu menjaga otak Anda tetap sehat. Anda bisa mencoba berkebun,memasak, membuat kue,  melukis, ataupun kegiatan lainnya. 
4. Terus belajar, sebab dengan belajar maka otak Anda akan terus aktif dan sehat. Ada banyak cara bagi Anda untuk belajar, misalnya dengan mempelajari teknik relaksasi baru, bahasa atau alat musik. 


Oleh Hanny Muchtar Darta

0 Comments

    Author

    Hanny, Parenting Consultant, Author and Founder

    Archives

    May 2016
    September 2015
    January 2015
    December 2014
    November 2014

    Categories

    All

    RSS Feed

Let's hug, we have virtual arms :)
 PT Radani Tunas Bangsa - Emotional Wellness
Plaza 5 Pondok Indah Blok D-18

Jl. Margaguna, Jakarta Selatan 12310 Indonesia
T: (62-21) 7266651, 7266636 F: 7262319